Kuatkan Niat dan Pertahankan
January 12, 2009
oleh: Aminuddin Imam Muhayi
Sesungguhnya segala sesuatu tergantung dari niatnya,… (Hadits riwayat Bukhari & Muslim)
Benar, niat adalah langkah pertama, penentu langkah-langkah berikutnya, dalam setiap aktifitas kehidupan, baik untuk kepentingan jangka pendek di dunia maupun kepentingan jangka panjang di akhirat.
Sejenak kita menengok ke belakang, ketika para shahabat melakukan langkah besar dalam histori perjalanan kehidupan Islam yang gilang-gemilang. Hijrah yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan Islam, perjalanan jauh untuk melakukan perubahan besar menuju sebuah “negeri impian” yang nantinya merupakan awal paling bersejarah bagi perkembangan Islam berikutnya. Berhijrah dari Mekah, negeri yang keras, tak bersahabat bahkan bagi pahlawan-pahlawan yang lahir dari rahim-nya sendiri, ke sebuah negeri yang menjanjikan, tempat persemaian bibit unggul dengan gen murni yang nantinya setiap bulirnya akan menelorkan ribuan anak-anak sejarah pionir penyebaran Islam ke seantero dunia.
Hijrah ditulis dengan tinta emas oleh sejarawan manapun, bahkan “sang pembeda”, Umar bin Khatthab menjadikannya tonggak penanggalan Islam hingga hari ini, bahkan melebihi hari kelahiran “Sang Nabi” Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam.
Hijrah yang begitu heroik itu meninggalkan pengaruh yang dahsyat bagi embrio berdirinya sebuah “raksasa” kekuatan, yang selanjutnya mampu membawa dunia pada kemerdekaan sejati, ketika sebelumnya terbelenggu oleh penjajahan manusia, perbudakan rakyat oleh penguasanya.
Namun hijrah juga menyisakan sebuah kisah unik sekaligus ironi, sebagai cerminan betapa seberapa pun agungnya prosesi hijrah itu, manakala pelakunya menyimpang, ia akan kehilangan makna dan nilai besar dalam proses yang dilakukannya.
Ternyata ada seorang shahabat yang ikut dalam kafilah hijrah itu, bertekad kuat, seperti halnya shahabat-shahabat lainnya, untuk pergi ke tempat yang sama, berjalan dengan jalan yang sama, berbekal dengan bekal yang sama, bahwan mungkin bekalnya melibihi bekal teman-temannya. Namun dibalik banyak kesamaan itu ada satu hal yang membedakan ia dengan yang lain. Ia pergi ke Madinah bukan untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan aktivitas besar membawa mereka memperoleh reward besar berupa sorga, bukan pula untuk membina embrio Islam seperti lainnya, ia pergi untuk tujuan dunia, ia pergi untuk menikahi seorang wanita yang turut berhijrah mendahuluinya. Subhanallahu, iapun mendapatkan angan dan cita, yang dengan susah payah ia kejar dengan bekal dan tantangan yang tidak sedikit.
Itulah niat, tekad, sebuah aktivitas kecil nampaknya, bahkan aktivitas itu tidak terlihat sedikitpun oleh panca indera manusia, namun efek yang ditimbulnya sungguh luar biasa.
Seorang budak, bak dangangan, menjadi begitu tinggi nilainya ketika ia memiliki niat dan tekad yang membara untuk menyebarkan keyakinannya, membuat ia kuat menahan siksaan demi siksaan dalam hidupnya, air mata yang keluar juga darah yang tercucur tidak berarti apa-apa baginya. Ada sebuah fragmen dalam hidupnya, ketika di bawah terik siang hari, sebongkah batu besar, panas membakar yang diletakkan di atas tubuh setengah telanjangnya, tidak sanggup untuk membuatnya berhenti menjalankan keyakinanya, ia memang mengerang, namun bukan karena kulitnya yang melepuh karena panas, tapi ia ingin berbicara kepada hatinya agar ia kuat, kuat dan kuat, sekuat karang dilautan, tidak berhenti walau sedetikpun dari keyakinannya, apalagi surut ke belakang. Niat dan tekadnya tidak sia-sia, ia akhirnya menjadi seorang yang merdeka dalam waktu sekejap, ia menjadi seorang kepercayaan Rasulullah, ia menjadi manusia mulia, dan ia menjadi penguasa sepeninggal Rasulullah shallallah ‘alahi wasallam. Dialah Bilal bin Rabah.
Ada lagi, seorang remaja belia, niat dan tekadnya sekuat baja. Ia pernah menggantikan Rasulullah untuk dijadikan sasaran empuk pembunuhan musuh-musuhnya. Di suatu malam yang gelap tatkala algojo-algojo Quraisy bersekutu melakukan makar terhadap Rasulullah. Rasulullah menyelinap keluar kamar, sementara remaja itu menggantikan beliau tidur, hingga mereka mengira sasaran pembunuhan berada tetap di fokus senjata-senjata mereka. Subhanallahu, penggalan drama menegangkan itu berakhir dengan indah, Rasulullah selamat, dan remaja belia itupun urung menjadi sasaran makar. Remaja bilia itu tumbuh dalam ilmu dan kebijaksanaan dari “sang guru” pemahamannya melebihi usianya, bahkan melebihi pemahaman orang-orang dewasa di sekitarnya. Niat yang kuat dan tekadnya yang membaja mengantarkan ia sebagai pemegang amanat umat, khulafa’ur rasyidin. Remaja belia itu kini menjadi seorang yang sangat bijaksana, bahkan dari sebagian manusia memperlakukan beliau secara berlebihan, dialah Ali bin Abi Thalib.
Ada lagi, dan boleh jadi orang itu adalah Anda, saya atau siapa saja, karena “sejarah akan terus berulang”, hanya bentuk dan waktunya nya yang berubah.
Man jadda wajada, barangsiapa yang bersungguh-sungguh ia akan mendapatkannya. Pepatah itu sangat-sangat relevan hingga hari ini, betapa niat yang benar dan tekad yang kuat akan membawanya menuju cita-cita yang diimpikannya. Niat seperti mercusuar terang-benderang di tengah gulita lautan, ia akan menunjuki nahkoda kapal untuk sampai ke daratan, atau agar ia tidak karam karena menghantam karang di bawahnya.
Niat seperti marka di jalanan, ketika terang ia mampu mengatur lalu-lintas pengendara agar tidak saling bertabrakan, dan ketika malam ia satu-satunya patokan apakah ia telah berada di tempat yang benar.
Secara teori niat ia harus dilakukan di awal setiap ikhtiar, usaha atau setiap aktivitas, namun sejatinya ia harus selalu ada di hati.
Cobalah, ketika Anda ingin mendaki sebuah gunung, dan menaklukan puncaknya. Keinginan Anda akan tetap menjadi keinginan dan mimpi, kecuali Anda langsung berniat dan berniat melakukannya.
Kuatkan niat untuk mendakinya, pasang tekad sampai di puncaknya dan mengibarkan bendera kesuksesan Anda. Teruslah mendaki, selangkah demi selangkah, jika ternyata sudah ada orang lain yang lebih dulu meninggalkan jejak setapak berarti Anda semakin mudah untuk melaluinya, jika ternyata Andalah orang pertama yang melakukannya berarti Anda harus membuat jalan dan peta menuju ke puncak. “Tidak ada kisah petualangan tanpa adegan menegangkan”, pasti Anda akan menemui tanjakan-tanjakan dan turunan tajam, bahkan jika hari hujan dan berkabut tebal, Anda harus berhati-hati dan menyiapkan jas hujan tebal, atau lentera, jika tidak ingin terhempas di jurang.
Boleh jadi halangan dan rintangan selama perjalanan melelahkan itu akan membuat fisik kita terluka, atau bahkan patah arang dan surut dan akhirnya kita kembali ke lembah, ke kaki gunung kembali. Maka di sinilah niat dan tekad harus selalu diperbarui dari waktu-waktu, terutama ketika situasi dan kondisi tidak memihak kepada kita.
Pertahankan niat yang benar dan tekad yang membaja, agar perjalanan Anda sampai di tujuan, walaupun memerlukan pengorbanan dan bekal yang tidak sedikit. Selamat berjuang, pasang niat yang benar dan tekad yang membaja semoga Anda sampai di puncaknya.